KD 3.10 Menelaah Struktur dan Kebahasaan Puisi Rakyat

 

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

 

Kelas/semester           : VII / II (Genap)

Tahun ajaran              : 2021 / 2022

Pertemuan                 :

Kompetensi dasar        : KD 3.10 Menelaah struktur dan kebahasaan puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar.

Materi ajar                 : Menelaah strukur dan kebahasaan puisi rakyat

 

Materi Pembelajaran


 

A. Menelaah Struktur dan Kebahasaan Puisi Rakyat

Pantun, syair dan gurindam memiliki struktur yang berbeda, struktur penulisan ini berkaitan dengan jumlah kata di setiap baris maupun jumlah baris di setiap baitnya. Sedangkan kebahasaan puisi rakyat meliputi rima, matra, dan irama.

 

1. Struktur Puisi Rakyat

Puisi rakyat berisi nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat. Puisi rakyat berisi pesan-pesan dari nilai-nilai warisan leluhur bangsa Indonesia. Puisi ini merupakan jenis puisi lama sehingga terikat struktur dan ciri baik dalam hal panjang maupun pendeknya suku kata, lemah tekanan suara, dan rima serta isi. Puisi rakyat memiliki beberapa ciri khusus yang membedakan dengan jenis puisi lain, yaitu tidak adanya nama pengarang, penyampaian hanya melalui lisan sehingga merupakan sastra lisan, serta sangat terikat  oleh aturan-aturan, seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata, maupun rima.

a. Struktur Pantun

Baris pertama dan kedua pantun merupakan sampiran. Baris ketiga dan keempat pantun merupakan isi. Struktur pantun tergantung pada jenis pantun. Misalnya pantun biasa, pantun karmina, pantun talibun. Ketiganya memiliki struktur yang berbeda.

1) Pantun biasa memiliki empat baris. Baris pertama dan kedua disebut sampiran, sedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi.

2) Pantun karmina adalah pantun yang berisi dua baris saja. Baris pertama disebut sampiran dan baris kedua disebut isi.

3) Pantun talibun adalah pantun yang memiliki enam baris. Tiga baris pertama disebut sampiran dan tiga baris berikutnya disebut isi.

Berikut struktur pantun :


Struktur Pantun

Penjelasan

1. Bait

Terdiri dari 4 larik/baris dalam satu bait

(Larik 1) : Kulit lembu celupkan samak

(Larik 2) : Mari dibuat tapak kusut

(Larik 3) : Harta dunia janganlah tamak

(Larik 4) : Kalau mati tidak mengikut

2. Larik

Terdiri dari 8 s.d 12 suku kata

Kulit    lembu    celupkan    samak

 1  -  2 –   3   -  4   -  5  -  6  -   7   -  8  -   9

3. Rima

Berima a-b-a-b


Kulit lembu celupkan samak     (rima : a)       


Mari dibuat tapak kusut    (rima : b)   


Harta dunia janganlah tamak   (rima : a)  


Kalau mati tidak mengikut   (rima : b)    

4. Isi

Larik 1 dan 2 : Sampiran

Larik 3 dan 4 : isi


(Larik 1) : Kulit lembu celupkan samak (sampiran)

(Larik 2) : Mari dibuat tapak kusut   (sampiran)


(Larik 3) : Harta dunia janganlah tamak  (isi)          

(Larik 4) : Kalau mati tidak mengikut  (isi)         

5. Pesan pantun

Pantun itu berisi amanat bahwa hendaknya kita jangan tamak terhadap harta/dunia karena

Harta tidak akan di bawa mati.

 

b. Struktur Syair

Struktur syair, yaitu pada setiap baitnya terdiri atas enam baris (larik) yang akhirannya berbunyi sama. Jika dilihat dari strukturnya, syair sangat terikat pada aturan-aturan, seperti jumlah baris dalam satu bait, jumlah suku kata dalam setiap baris, jumlah bait dalam setiap syair, serta terikat pada aturan tentang rima dan irama. Secara umum struktur syair sebagai berikut.

1) Setiap satu bait terdiir dari empat baris.

2) Setiap baris memiliki makna yang berkaitan dengan baris-baris sebelumnya.

3) Setiap empat baris merupakan satu kesatuan ide.

4) Semua berupa isi (tidak ada sampiran).

5) Dalam pembawaannya, syair dilagukan untuk membentuk nyanyian.

 

Berikut struktur syair :


Struktur Syair

Penjelasan

1. Bait

Terdiri dari 4 larik/baris dalam satu bait

(Larik 1) : Jauh sudah aku melangkah

(Larik 2) : Mengejar dunia dengan serakah

(Larik 3) : Semakin kukejar semakin jauh

(Larik 4) : Pada jurang siksa hati berlabuh

2. Larik

Terdiri dari 8 s.d 14 suku kata

Jauh    sudah  aku  melang - kah

 1 -  2 –   3   -  4 -  5  - 6  -  7 -   8    -   9

3. Rima

Berima a-a-a-a


Jauh sudah aku melangkah   (rima : a)


Mengejar dunia dengan serakah    (rima : a)


Semakin kukejar semakin jauh    (rima : a)


Pada jurang siksa hati berlabuh    (rima : a)

4. Isi

Seluruh larik merupakan isi


(Larik 1) : Jauh sudah aku melangkah   (isi)           

(Larik 2) : Mengejar dunia dengan serakah  (isi)


(Larik 3) : Semakin kukejar semakin jauh  (isi)          

(Larik 4) : Pada jurang siksa hati berlabuh  (isi)

5. Pesan syair

Syair itu mengungkapkan bahwa kita jangan terlalu jauh melangkah dalam mengejar dunia (harta). Hal itu akan membuat kita menjadi orang serakah, keserakahan akan menjerumuskan kita nantinya.

 

c. Struktur Gurindam

Gurindam ditulis dalam bentuk bait setiap bait terdiri dari dua baris. Isi gurindam berupa nasihat. Kalimat dalam gurindam (baris pertama dan kedua) umumnya menunjukkan hubungan persyaratan dan konsekuensi. Struktur gurindam sebagai berikut.

1) Setiap bait terdiri atas dua baris

2) Bait pertama berisi tentang sebab atau persoalan.

3) Bait kedua berisi tentang akibat atau penyelsaian.

4) Isi terletak di larik kedua.

 

Berikut struktur gurindam :

 

Struktur Gurindam

Penjelasan

1. Bait

Terdiri dari 2 larik/baris dalam satu bait

(Larik 1) : Berbaktilah kamu kepada ibumu

(Larik 2) : Niscaya surga akan bertemu

2. Larik

Jumlah suku kata tidak tetap

Berbaktilah   kamu kepa- da   i  –  bumu

 1    -   2  -  3  - 4  -  5  -  6 -  7  -  8  - 9 – 10 – 11 - 12

3. Rima

Berima a - a


(Larik 1) : Berbaktilah kamu kepada ibumu   (rima : a)


(Larik 2) : Niscaya surga akan bertemu   (rima : a)

4. Isi

Seluruh larik merupakan isi


(Larik 1) : Berbaktilah kamu kepada ibumu    (isi)


(Larik 2) : Niscaya surga akan bertemu    (isi)

5. Pesan Gurindam

Gurindam tersebut berisi nasihat untuk selalu berbakti kepada ibu agar mendapat surga

 

2. Kebahasaan Puisi Rakyat

Puisi rakyat merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra dan rima. Adapun aspek kebahasaan puisi rakyat sebagai berikut.

a. Kalimat perintah, yaitu kalimat yang berisi atau bermaksud memberi perintah.

Contoh :

Belajarlah rajin dan juga tekun

Belajar janganlah ditunda-tunda

b. Kalimat saran, yaitu kalimat yang berisi saran kepada orang lain untuk kebaikan. Ditandai dengan kata sebaiknya dan seyogyanya.

Contoh :

Sebaiknya kau pikir dahulu

Demi keputusan yang tepat

c. Kalimat ajakan, yaitu kalimat yang berisi ajakan kepada orang lain untuk melakukan suatu perbuatan.

Contoh :

Mari kita belajar giat

Supaya kelak tidak sengsara

d. Kalimat Seru, yaitu kalimat yang mengungkapkan rasa hati, seperti kagum, heran, senang, dan sedih. Ditandai dengan kata wahai, alangkah, betapa, atau bukan main.

Contoh :

Wahai orang yang bersorak-sorak

Menepuk gendang dengan rebana

Alangkah besar hati awak

Mendapat baju dan celana

e. Kalimat larangan, yaitu kalimat yang berisi larangan agar orang lain tidak melakukan kegiatan.

Contoh :

Janganlah seperti orang sasar

Janganlah mudah kita terpuruk

f. Kata penghubung, yaitu kata penghubung modalitas yang menjelaskan maksud dan tujuan suatu tindakan, misalnya supaya, agar, sehingga, jika, atau asalkan.

Contoh :

Mintalah obat kepada kerabat, ikutilah nasihat agar selamat.

g. Kalimat majemuk, yaitu kalimat yang memiliki lebih dari satu subjek atau predikat. Kalimat majemuk meliputi majemuk bertingkat, majemuk hubungan syarat, majemuk hubungan tujuan, majemuk hubungan konsensif, majemuk hubungan perbandingan, majemuk hubungan akibat, dan majemuk hubungan cara.

Contoh :

Ada jelaga di kereta, katika mata terjaga hati ikut tertata.

 

 

Sumber materi :

1. Buku Bahasa Indonesia Kelas VII  /  Kemendikbud (revisi 2016)

2. Modul Pengayaan Bahasa Indonesia Kelas VII - 2 / Putra Nugraha

3. Mandiri Bahasa Indonesia Kelas VII / Erlangga

Komentar