PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
Kelas/semester : VII / II (Genap)
Tahun
ajaran : 2021 / 2022
Pertemuan : Keempat
Kompetensi
dasar : KD 4.16 Menyajikan
tanggapan secara lisan, tulis, dan visual terhadap isi buku fiksi/nonfiksi yang
dibaca.
Materi ajar : Menyajikan tanggapan atau komentar terhadap isi buku
Materi
Pembelajaran
A. Menyajikan Tanggapan atau Komentar
terhadap Isi Buku
Di dalam sebuah buku, pasti kalian
akan menemukan hal-hal yang menarik, unik, sesuatu yang kalian sukai atau
bahkan yang tidak kamu sukai setelah kalian selesai membaca sebuah buku. Kalian
dapat mengomentari kekurangan dan kelebihan buku tersebut, atau bahkan
mengomentari dari segi isi buku yang kalian baca.
Menyajikan tanggapan isi buku
berarti mengomentari buku dengan menyampaikan penilaian, saran atau kritik, dan
memberitahukan kepada khalayak umum tentang kelayakan buku tersebut untuk
dibaca.
1. Tanggapan atau Komentar terhadap Buku Fiksi
Saat mengomentari isi buku fiksi
yang dibaca, kalian harus menggunakan kalimat yang jelas. Komentar kalian harus
disertai dengan alasan atau bukti yang mendukung.
Perhatikan contoh komentar buku
fiksi berikut.
|
Buku Fiksi |
Unsur-unsur Buku Fiksi |
|
Judul Buku : Endensor Pengarang : Andrea Hirata Penerbit : PT. Bentang Pustaka Tahun : 2007 Jumlah halaman : xii + 290 halaman |
Identitas Buku |
|
Novel ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi ini bercerita tentang
perjalanan hidup Andrea dan Arai, saudara sekaligus teman seperjalanannya
yang telah melalui banyak episode kehidupan, suka maupun duka. |
Informasi singkat tentang terbitan/edisi. |
|
Tawaran beasiswa dari Uni Eropa telah menjadi sebuah
jembatan keberuntungan yang mengantar mereka pada penjelajahan panjang di
tanah-tanah mimpi, menjadi sebuah kunci yang telah membuka mimpi kotak pandora
yang berisi mimpi-mimpi masa kecil mereka. Universitas
Sorbonne Prancis telah mengantar mereka pada pertemuan dan persahabatan
dengan mahasiswa dari berbagai belahan dunia dengan beragam latar belakang. |
Ringkasan cerita |
|
Novel Endensor ini sangat inspiratif. Mengajarkan kita tentang optimis,
semangat, dan pantang menyerah. Novel Endensor
tidak seperti novel-novel karya Andrea Hirata sebelumnya. Novel ini
menyajikan ilustrasi gambar pada ceritanya sehingga lebih menarik. Sampulnya
menarik dan novel ini tidak hanya memberikan hiburan semata, tetapi juga
memberikan nasihat dan pengetahuan tentang dunia luar. |
Tanggapan penulis tentang cerita |
|
Novel ini sudah mendekati
sempurna, hanya saja kekurangannya pada kertas yang dipakai masih berupa
kertas buram sehingga kurang awet dan tidak nyaman dibaca. Gaya bahasa yang
digunakan sedikit sulit untuk dipahami oleh pembaca. Ada beberapa kata-kata
yang sulit dimengerti maknanya sehingga membuat para pembaca sedikit bingung. Novel Endensor perlu dibaca karena
tidak hanya membawa kita pada tempat-tempat yang spektakuler, tidak hanya
memberi kita tantangan ganas yang menghadapkan pada cinta putih, tetapi mampu
membawa kita pada satu kesadaran kesejatian diri manusia. Membaca novel ini
akan menambah pengetahuan kita dan memberikan kekuatan kepada kita agar dapat
berjuang untuk mendapatkan sesuatu yang kita ingingkan. |
Penilaian terhadap buku |
2. Tanggapan/Komentar terhadap Buku Nonfiksi
Mengomentari buku nonfiksi berarti
memberikan tanggapan terhadap buku nonfiksi yang dibaca. Perhatikan contoh
komentar buku nonfiksi berikut!
Lancar Berkomunikasi dengan Mengikat Makna
Judul buku : Flow di Era Sosmed
Penulis : Herbowo Hasim
Penerbit : Kaifa
Cetakan : I, 2016
Tebal : 228 halaman
Saat ini, media sosial bukan lagi
kebutuhan antarindivisu, tetapi komunikasi yang murah dan mudah digunakan siapa
saja. Hanya saja, media sosial cenderung digunakan tidak sebagaimana mestinya.
Di dalamnya, banyak gosip, cerita, uanggahan foto yang tidak ada manfaatnya
bagi orang lain, dan tulisan bahasa lisan yang jauh dari kaidah tata bahasa
Indonesia.
Buku Flow di Era Sosmed dihadirkan penulis dalam rangka berbagi
pengalaman serta pemahaman terkait dengan permasalahan komunikasi di medsos.
Hernowo Hasim yang mahir berkomunikasi secara tulis dan lisan mengisahkan bahwa
awalnya ia merupakan sosok yang gagap berkomunikasi. Ia terlahir dari orang tua
yang banyak diam sehingga membentuk kepribadiannya untuk diam pula. Hingga usia
remaja ia menjadi sosok yang tidak dapat
berkomunikasi aktif dengan baik dan lancer.
Dalam perkembangannya, secara sadar
ataupun tidak, Hernowo menapaki kehidupan dengan penuh kegiatan yang ia sebut
dengan “mengikat makna”. Secara sederhana mengikat makna adalah memaparulangkan
informasi penting yang didapatkan, baik melalui media pendengaran ataupun
penglihatan, dengan cara mengucapkan ataupun menuliskannya. Misalnya ketika
mendengarkan ceramah Quraish Shihab, ia akan menulis ulang meteri apa yang
disampaikan sesuai dengan pemahaman yang ia tangkap. Begitu juga, setelah ia
membaca buku. Semua ini membuatnya mampu berkomunikasi secara aktif, baik lisan
maupun tertulis. Selain itu, ia tidak “tertarik” dengan gaya bahasa media
sosial.
Melalui buku ini, pembaca akan
terarah dalam berkomunikasi secara sehat di media sosial. Pembaca pun akan
terpandu untuk menjadi pribadi yang kuat, baik secara intelektual ataupun
kecakapan berkomunikasi secara benar melalui “media” mengikat makna. Dengan
membaca buku setebal 228 halaman ini, pembaca akan semakin gamblang menyerap
informasi serta ilmu pengetahuan. Pada dasarnya, buku ini cocok dibaca oleh
berbagai kalangan.
Komentar
Posting Komentar