KD 3.12 Menelaah Struktur dan Kebahasaan Fabel

 

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

 

Kelas/semester           : VII / II (Genap)

Tahun ajaran              : 2021 / 2022

Pertemuan                 :

Kompetensi dasar        : KD 3.12 Menelaah struktur dan kebahasaan fable/legenda daerah setempat yang dibaca dan didengar

Materi ajar                 : Menceritakan kembali isi fabel

 

Materi Pembelajaran

 


A. Menelaah Struktur dan Kabahasaan Fabel

Binatang-binatang yang ada pada cerita fabel memiliki karakter seperti manusia. Karakter mereka ada yang baik dan ada pula yang tidak baik. Berikut adalah struktur dan kaidah kebahasaan yang terdapat di dalam fabel.

1. Struktur Fabel

Bagian-bagian yang membangun sebuah teks secara utuh disebut struktur. Febel memiliki struktur sebagai berikut.

a. Orientasi, yaitu bagian yang menjadi awal cerita fabel. Bagian ini berisi pengenalan tokoh serta penjelasan latar tempat, waktu, atau suasana saat cerita terjadi.

b. Komplikasi, yaitu bagian dimana masalah atau konflik pada cerita muncul hingga menjadi klimaks atau acara puncak.

c. Resolusi, yaitu bagian penyelesaian konflik atau pemecahan masalah yang dialami tokoh.

d. Koda, yaitu bagian akhir atau penutup cerita yang berisi pesan dan amanat. Pada beberapa fabel, koda sering kali tidak disertakan.

Perhatikan contoh struktur fabel berikut!

Cerita fabel

‘Gajah yang Baik Hati”

Struktur fabel

Siang hari itu suasana di hutan sangat terik. Tempat tinggal si Kancil, Gajah dan lainnya seakan terbakar. Kancil kehausan. Dia berjakan-jalan mencari air.

Orientasi

Di tengah perjalanan dia melihat kolam dengan air yang sangat jernih. Tanpa pikir panjang dia langsung terjun ke dalam kolam. Tindakan Kancil sangat ceroboh, dia tidak berpikir bagaimana cara naik ke atas. Beberapa kali Kancil mencoba untuk memanjat tetapi ia tidak bisa sampai ke atas.

Si Kancil tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya berteriak minta tolong. Teriakan si Kancil ternyata terdengar oleh Si Gajah yang kebetulan melewati tempat itu. “Hai, siapa yang ada di kolam itu?”

“Aku.. Si Kancil sahabatmu.”

Kancil terdiam sesaat mencari akal agar Gajah mau menolongnya.

“Tolong aku mengangkat ikan ini.”

“Yang benar kau mendapat ikan?”

“Benar..benar! Aku mendapatkan ikan yang sangat besar.”

Gajah berpikir sejenak. Bisa saja ia turun ke bawah dengan mudah tetapi bagaimana jika naiknya nanti.

“Kau mau memanfaatkanku, ya Cil?” Kau akan menipuku untuk kepentinganmu dan keselamatanmu sendiri?” Tanya gajah.

Kancil hanya terdiam.

“Sekali-kali kamu harus diberi pelajaran,” kata gajah sambil meninggalkan tempat itu.

Gajah tidak mendengarkan teriakan Kancil. Kancil mulai putus asa. Semakin lama berada di tempat itu Kancil mulai merasa kedinginan. Hingga menjelang sore tidak ada seekor binatang yang mendengar teriakannya.

“Aduh gawat! Aku benar-benar akan kaku di tempat ini.” Dia berpikir apa ini karma karena dia sering menjaili teman-temannya.

Komplikasi sampai klimaks

Tidak lama, tiba-tiba Gajah muncul lagi. Kancil meminta tolong kembali.

“Bagaimana Cil?”.

“Tolong aku, aku berjanji tidak akan iseng lagi”

“Janji?” gajah menekankan.

“Sekarang apakah kamu sudah sadar? Dan akan berjanji tidak akan menipu, jahil, iseng, dan perbuatan yang merugikan binatang lain?”

“Benar Pak Gajah, saya benar-benar berjanji.”

Gajah menjulurkan belalainya yang panjang untuk menangkap Kancil dan mengangkatnya ke atas. Begitu sampai ke atas Kancil berkata.

“Terima kasih Pak Gajah! Saya tidak akan pernah melupakan kebaikanmu ini.”

Resolusi

Sejak itu kancil menjadi binatang yang sangat baik. Ia tidak lagi berbuat iseng seperti yang pernah ia lakukan pada beruang dan binatang-binatang yang lainnya.

Mamng kita harus berhati-hati kalau bertindak. Jika tidak berhati-hati akan celaka. Jika kita hati-hati kita akan selamat. Bahkan bisa menyelematkan orang lain.

Koda

 

2. Kaidah Kebahasaan Fabel

Kaidah atau unsur kebahasaan fabel merupakan ciri dari bahasa yang digunakan dalam teks fabel. Adapun kaidah kebahasaan dalam teks fabel sebagai berikut.

a. Kata Kerja

Kata kerja dalam cerita fabel dikelompokkan menjadi dua, yaitu kata kerja aktif transitif dan kata kerja aktif intransitif.

1) Kata kerja aktif transitif adalah kata kerja aktif yang memerlukan objek dalam kalimat. Misalnya memegang, mengangkat, menyapa.

2) Kata kerja aktif intransitif adalah kata kerja aktif yang tidak memerlukan objek dalam kalimat. Misalnya kata diam.

b. Kata Sandang

Penggunaan kata sandang “si” dan “sang” dalam sebuah cerita merupakan salah satu cara penulis untuk menambah nilai estetika (keindahan) dalam cerita fabel tersebut.

Contoh:

Pada suatu hari, si Monyet mengajak si Kura-kura menanam ophon pisang.

c. Penggunaan Kata Keterangan Tempat dan Waktu

Dalam teks fabel biasanya digunakan kata keterangan tempat dan waktu untuk menghidupkan suasana. Pada keterangan tempat sering menggunakan kata depan “di”. Pada keterangan waktu sering menggunakan kata depan “pada”.

d. Penggunaan Kata Hubung

Kata hubung pada cerita fabel biasanya menggunakan kata “lalu”, “kemudian”, dan “akhirnya”. Kata hubung “lalu” dan “kemudian” memiliki makna yang sama. Kata tersebut digunakan sebagai penghubung antarkalimat dan intrakalimat. Kata “akhirnya” biasanya digunakan untuk menyimpulkan dan mangakhiri informasi dalam paragraf atau dalam teks.

Contoh:

1) Kura-kura memulai menangis. Hatinya sedih bercampur marah. Ua lalu menggoyang-goyang pohon pisang itu.

2) Akhirnya, si Monyet menyesali perbuatannya dan mereka pun berbaikan.

e. Menggunakan Kalimat Langsung dan Tidak Langsung

Ciri-ciri kalimat langsung sebagai berikut.

1) Menggunakan tanda petik (“ … ”).

2) Intonasi tinggi untuk kalimat Tanya, datar untuk kalimat berita, dan tanda seru dilagukan dengan intonasi perintah.

3) Kata ganti orang pertama dan kedua.

Contoh kalimat langsung

“Kura-kura, mari kita menanam pohon pisang,” ajak Monyet.

Ciri-ciri kalimat tidak langsung sebagai berikut.

1) Tidak menggunakan tanda petik.

2) Intonasi pembaca datar.

3) Terdapat perubahan kata ganti orang.

4) Perubahan kata ganti:

orang pertama tunggal menjadi orang ketiga tunggal.

saya”, “aku” menjadi “dia” atau “ia

orang kedua tunggal menjadi orang pertama tunggal

kamu”, “dia” menjadi “saya” atau nama orang

orang pertama jamak berubah menjadi orang ketiga jamak; dan orang kedua jamak berubah menjadi orang ketiga jamak.

kita” dan “mereka”, “kalian”, “kami” menjadi “mereka”, “kami”.

Contoh kalimat tidak langsung:

Dia mengerang kesakitan.

 

Sumber materi :

1. Buku Bahasa Indonesia Kelas VII,  Kemendikbud (revisi 2016).

2. Modul Pengayaan Bahasa Indonesia Kelas VII – 2, Putra Nugraha.

Komentar